BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Sebelum membuat suatu mekanisme atau
mesin, seorang disigner mesin haruslah melakukan perencanaan yang berisi
perhitungan-perhitungan terhadap gaya-gaya yang di duga akan menimpa atau
terjadi pada mekanisme atau mesin tersebut. Dugaan atau asumsi awal yang di
ambil haruslah logis dan realistis untuk mendapatkan pendekatan yang baik
terhadap hasil akhir dari mekanisme atau mesin yang akan dibuat.
Untuk melakukan itu semua memang
tidaklah gampang, di perlukan pemahaman yang dalam terhada teori yang ada serta
pengaplikasiannya dalam dunia nyata. Tahapan perencanaan awal ini sangatlah
penting dilakukan, karena selain dapat memberikan informasi yang akurat akan
keadaan mesin setelah dibuat juga dapat meningkatkan efisiensi baik pada saat
proses pembuatan maupun efisiensi mesin itu sendiri setelah selesai di buat.
Tidak
semua orang dapat melakukan hal ini dengan baik sekalipun ia seorang engineer.
Karena selain diperlukan pemahaman akan teori yang ada juga diperlukan latihan
sebagai pengalaman. Maka dari itu pada kesempatan ini tim dari dosen dan di
bantu oleh asisten dari Laboratorium Design dan uji bahan mengadakan praktikum
Tugas Perancangan elemen mesin untuk memberikan pengalaman dan gambaran kepada
para mahasiswa cara atau langkah-langkah dalam melakukan perancangan suatu
mesin beserta komponen-komponennya dengan syarat dan ketentuan yang ada. Dalam
ini praktikan mengambil Mesin mesin
peniris madu sebagai objek praktikum dan adapun
komponen yang akan di bahas adalah poros,pasak,
vanbell bering dan pulley,.
1.2
Rumusan Masalah
1. Apa
saja yang perlu diperhatikan dalam melakukan perancangan mesin?
2. Bagaimana
cara merancang sebuah poros pada mesin?
3. Bagaimana
cara merancang sebuah pasak
pada mesin?
Bagaimana cara merancang sebuah sabuk dan pulley pada mesin?
4.
Bagaimana
cara merancang sebuah bantalan pada mesin?
1.3 Tujuan dan manfaat
1.3.1 Tujuan
1.
Mahasiswa
dapat mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan perancangan
mesin.
2.
Mahasiswa
dapat mengetahui cara merancang sebuah poros pada mesin.
3.
Mahasiswa
dapat mengetahui cara merancang sebuah sproket dan rantai pada mesin.
4.
Mahasiswa
dapat mengetahui cara merancang sebuah sabuk dan pulley pada mesin.
5.
Mahasiswa
dapat mengetahui cara merancang sebuah bantalan pada mesin.
1.3.2 Manfaat
1.
Mengetahui
hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan perancangan mesin.
2.
Mengetahui
cara merancang sebuah poros pada mesin.
3.
Mengetahui
cara merancang sebuah pasak pada mesin.
4.
Mengetahui
cara merancang sebuah sabuk dan pulley pada mesin.
5.
Mengetahui
cara merancang sebuah bantalan pada mesin.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Madu
Madu adalah campuran dari gula dan senyawa lainnya. Sehubungan dengan
karbohidrat, madu terutama fruktosa (sekitar 38,5%) dan glukosa (sekitar 31,0%)
sehingga mirip dengan sirup gula sintetis diproduksi terbalik, yang sekitar 48%
fruktosa, glukosa 47%, dan sukrosa 5%. Karbohidrat madu yang tersisa termasuk
maltosa, sukrosa, dan karbohidrat kompleks lainnya. Seperti semua pemanis
bergizi yang lain, madu sebagian besar mengandung gula dan hanya mengandung
sedikit jumlah vitamin atau mineral. Madu juga mengandung sejumlah kecil dari
beberapa senyawa dianggap berfungsi sebagai antioksidan, termasuk chrysin, pinobanksin, vitamin C, katalase, dan pinocembrin. Komposisi spesifik dari sejumlah
madu tergantung pada bunga yang tersedia untuk lebah yang menghasilkan madu.[
Analisa madu secara umum
·
Lain-lain: 3.2%
Kekentalan madu adalah sekitar 1,36
kilogram per liter. Atau sama dengan 36% lebih kental daripada air).
Lebah mengubah sakarida
menjadi madu dengan proses mengunyah berkali kali sampai setengah tercerna.
Proses ini tidak dilakukan sekaligus. Setelah dikunyah, sakarida masih
dalam bentuk cair dan masin mengandun banyak air, maka proses selanjutnya
adalah penguapan sebanyak mungkin air dan transformasi dengan enzim.
Lebah membuat madu sebagai sumber
makanan. Pada musim dingin atau saat makanan langka, lebah mengambil cadangan
madu sebagai sumber energi.
Secara umum ada tiga jenis tipe
lebah dalam satu sarang:
·
Seekor ratu
·
Beberapa lebah jantan (untuk membuahi calon ratu baru)
·
Ribuan lebah betina pekerja.
Lebah pekerja bertugas mengurus larva, mengumpulkan nektar yang akan dibuat menjadi madu, serta mencari nektar.
Beberapa
studi menunjukkan penggunaan madu dapat mengurangi bau badan, bengkak, dan
mengobati luka. Madu telah terbukti menjadi pengobatan yang
efektif untuk konjungtivitis pada tikus. Madu dipasteurisasi secara luas
diyakini dapat mengurangi alergi, meskipun tidak secara komersial disaring atau
madu mentah terbukti lebih efektif dibandingkan plasebo dalam studi terkontrol
dari 36 peserta dengan alergi pada mata.
2.2 Alat Peniris Madu
Alat peniris madu ini
berfungsi untuk meniriskanm madu yang tersisa setelah sarang lebah diangkat
dari sangkar. Dengan alat ini diharapkan proses untuk meniriskan madu dapat
berlangsung lebih cepat dan hasil penirisanya lebih kering, sehingga memperoleh
beberapa manfaat.
Prinsip kerja alat
peniris ini adalah, sarang lebah yang telah siap panen dan langsung dimasukan
ke dalam tabung peniris yang bias dibongkar pasang, kemudian tabung peniris
dipasang pada penyangga dan diputar sehinnga muncul gaya sentrifugal yang
menyebabkan minyak terpercik ke dinding tabung luar, minyak yang terpercik,
akan mengalir ke dasar tabung karena gaya grafitasi, dan kemudian keluar menuju
tempat penampungan melalui selang penyalur.
2.3
Gaya Sentrifugal
Gaya sentrifugal adalah
gaya semu yang merupakan gaya reaksi dari gaya sentripetal, besarnya gaya ini
jika dijumlahkan adalah 0, gaya sentrifugal dapat dicari menggunakan persamaan
berikut.
…………………………………………………….2.1
Keterangan:
Fs
= gaya sentrifugal
m = massa
V = kecepatan
r = jari-jari
2.4
daya motor
Pada rancang bangun
alat peniris madu terjadi gaya sentrifugal yang menyebabkan minyak terpercik.
2.4.1 torsi
Torsi yang timbul pada
alat peniris madu ini dapat diketahuimenggunakan persamaan berikut:
T = F .
r…………………………………………………………2.2
Keterangan :
T
= torsi (N.m)
F
= gaya radial yang terjadi (N)
r
= jari-jari (m)
2.4.2 daya rencana motor
Keterangan :
n = putaran yang
direncanakan
T = torsi
Jika P adalah daya nominal output dari motor
penggerak, maka berbagai factor keamanan biasanya dapat diambil dalam
perencanaan, sehinnga koreksi pertama dapat diambil kecil (sularso, 1997).
Pd = Fc . P……………………………………………………...2.4
Keterangan :
Pd = daya motor rencana kW
Fc = factor koreksi daya
P = daya nominal output kW
2.5 Pulley
dan sabuk V
Pulley
merupakan salah satu bagian dari mesin yang berfungsi untuk mentransmisikan
daya dari motor untuk menggerakakan alat tujuan, ukuran perbandingan pulley
dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Antara pulley penggerak dan pulley yang
digerakn, dihubungkan dengan sabuk V sebagai penyalur daya dari motor
penggerak.
Tabel 1 Diameter
Pulley Yang Diizinkan dan Dianjurkan (mm)
Penampang
|
A
|
B
|
C
|
D
|
E
|
Diameter minnimum
yang diizinkan
|
65
|
115
|
175
|
300
|
450
|
Diameter minimum
yang dianjurkan
|
95
|
145
|
225
|
350
|
550
|
Sumber : Sularso, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin,
1997
a. Kecepatan
keliling sabuk
Dapat diketahui dengan menggunakan
persamaan (sularso :1997)
Keterangan :
v = Kecepatan keliling
sabuk m/s
=
diameter pulley penggerak mm
= putaran poros motor rpm
Panjamg keliling sabuk
dan jarak sumbu poros berturut-turut adalah L (mm) dan C (mm), maka keduanya
dapat dicari dengan persamaan (sularso : 1997).
Gambar 1. Panjang Keliling Sabuk
Keterangan
:
d1 = diameter pulley penggerak (mm)
d2 = diameter pulley yang digerakan (mm)
Persamaan untuk mencari besarnya sudut
kontak yang terjadi antara pulley dan sabuk V mengunakan persamaan (sularso
1997).
Gambar 2. Sudut Kontak
ketrangan :
= Sudut kontak( o)
dp = Diameter pulley
yang digerakkan (mm)
Dp = Diameter pulley
penggerak (mm)
C = Jarak antara
poros (mm)
Gaya pada pulley yang bekerja yaitu akibat tegangan dari sabuk dan berat
pulley itu sendiri. Tegangan sisi tarik sabuk (F1) dapat dicari
dengan rumus (sularso, 1997):
Gaya tarik efektif:
...…………………………………..….......…….2.10
Tegangang
maksimum sabuk:
Jumlah sabuk yang diperlukan (Sularso, 1997):
….…………………………….……..........…2.12
Keterangan:
N = Jumlah sabuk
yang diperlukan
Pd = Daya rencana
(kW)
Po = Daya yang
ditransmisikan oleh sabuk (kW)
K
=
Faktor koreksi
2.6 Poros dan
Pasak
2.6.1 Poros
Poros merupakan salah satu elemen yang berfungsi sebagai penerus putaran dari motor penggerak
menuju elemen mesin yang digerakkan. Pada umumnya, poros berbentuk
silinder, Penerusan putaran tersebut
dapat menggunakan kopling, pulley, sprocket atau roda gigi. Dengan demikian
poros akan mendapatkan beban puntir, sehingga pada permukaan poros akan terjadi
tegangan geser akibat adanya momen puntir/torsi (Sularso, (1997).
Ditinjau dari fungsi
poros sebagai penerus daya dan putaran, poros dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
1. Poros
transmisi;
2. Spindel;
3. Gandar.
Jika P adalah daya nominal output
dari motor penggerak, maka berbagai macam keamanan biasanya dapat diambil dari
perencanaan, sehingga koreksi pertama dapat diambil kecil. Jika faktor koreksi
adalah fc maka daya rencana Pd
(kW) (Sularso, 1997):
Pd = fc .
P ………………………………………………2.13
Keterangan:
P = Daya nominal output dari motor
Pd
= Daya Rencana (kW)
fc = Faktor koreksi daya yang ditransmisikan
Tabel 2 Faktor – Faktor
Koreksi Daya yang Akan Ditransmisikan, fc
Daya yang akan ditransmisikan
|
fc
|
Daya
rata – rata yang diperlukan
|
1,2
– 2,0
|
Daya
maksimum yang diperlukan
|
0,8
– 1,2
|
Daya
normal
|
1,0
– 1,5
|
Sumber
: Sularso, Dasar Perencanaan dan
Pemilihan Elemen Mesin, 1997
Jika
momen puntir (disebut juga momen rencana) adalah T (kg.mm) maka (Sularso, 1997):
……………………………..2.14
Sehingga
Momen Puntir / Torsi (T) (Sularso,
1997):
……………………………………..2.15
Keterangan:
T = Momen Puntir (kg.mm)
= Putaran Poros (rpm)
Pd
= Daya Rencana (KW)
Tegangan
Geser yang diijinkan (Sularso, 1997):
…………………………………....…………2.16
Keterangan:
= Kekuatan tarik bahan (kg/mm2)
sf1,sf2 = Faktor keamanan
= Tegangan yang diijinkan (kg/mm2)
Sedangkan
untuk mengetahui diameter poros yang dibutuhkan adalah (Sularso, 1997):
....…2.17
Keterangan:
ds = Diameter poros (mm)
τa = Tegangan geser yang diijinkan (kg/mm2)
Kt = Faktor koreksi momen puntir
1,0
jika beban dikenakan secara halus
1,0
– 1,5 jika beban terjadi sedikit kejutan atau tumbukan
1,5 – 3,0 jika
beban dikenakan dengan kejutan atau tumbukan besar
Km = Faktor koreksi beban lentur
1,5 – 20 untuk
beban tumbukan ringan
2,0 – 3,0 untuk
beban tumbukan berat
M = Momen lentur gabungan (kg.mm)
T =
Momen puntir rencana (kg.mm)
Jika diameter poros sudah diketahui maka harus melakukan
pemeriksaan terhadap tegangan geser dan defleksi puntiran. Pemeriksaan terhadap
tegangan geser maksimun dapat dicari menggunakan rumus sularso:1997
Tegangan maksimal harus lebih kcil dari
tegangan geser yang diijinkan
Perhitungan terhadap Defleksi / Lenturan
dapat dicari
menggunakan persamaan Sularso, 1997:
………………………………..………..2.19
Keterangan:
G = Modulus Geser Baja =
8,3 x 103 kg/mm2
T
= Momen puntir (kg.mm)
l = Panjang poros (mm)
ds = Diameter poros (mm)
untuk poros dalam
kondisi kerja normal, besarnya sudut puntir harus dibatasi
sampai
permeter
panjang poros
2.6.2 Pasak
Pasak berfungsi
untuk mencegah selip antara poros dengan elemen putar penghubung pada saat
poros meneruskan putaran dari motor penggerak. Pasak pada umumnya di buat
berdasarkan diameter poros. Material pasak biasanya dipilih dari bahan yang lebih
lemah karena harganya relatif lebih murah. Sehingga pasak akan lebih dahulu
rusak dari pada poros dan nafnya.
Gambar 3. Penampang pasak dan alur pasak
a.
Gaya
tangensial F
pada permukaan poros (Sularso,
1997):
F =
maka:
F =
...........................................................2.20
Keterangan:
F = Gaya
tangensial pada permukaan poros (kg)
T = Momen puntir
rencana (kg.mm)
ds = Diameter poros
(mm)
b.
Tegangan
geser yang diijinkan (Sularso,
1997):
σk =
………………………..........…....………2.21
Keterangan:
σk = Tegangan geser yang diijinkan (kg/mm2)
= Kekuatan tarik bahan (kg/mm2)
= Faktor keamanan Harga
umumnya
diambil 6 dan harga ini akan berubah tergantung dari pembebanan dan
tumbukannya,
= faktor keamanan, harga antara 1-1,5 jika pembebanan
dikenakan secara perlahan, antara 1,5-3 jika dikenakan tumbukan ringan,
antara 2-5 jika dikenakan secara
tiba-tiba dengan tumbukan berat (Sularso, 1997).
c.
Panjang
pasak
Dari tegangang
geser yang ditimbulkan (Sularso,
1997) gaya geser bekerja pada penampang b x l oleh gaya F.dengan demikian
tegangan geser yang ditimbulkan adalah:
.…………………….………...…........……2.22
Keterangan:
= Tegangan geser yang ditimbulkan (kg/mm2)
F = Gaya
tangensial (kg)
b = Lebar alur
pasak (mm)
l = Panjang
alur pasak (mm)
dari
tegangan geser yang ditimbulakan, persamaan untuk menentukan panjang pasak yang
diperlukan adalah:
d.
Tekanan
permukaan (Sularso, 1997):
P
≥
…..…………………………………..…2.24
Keterangan:
P = Tekanan
permukaan (kg/mm2)
F = Gaya
tangensial (kg)
l = Panjang
pasak (mm)
= Kedalaman alur pasak (mm)
2.7
Bantalan (bearing)
Bantalan
digunakan untuk menumpu poros berbeban. Penggunaan bantalan disesuaikan dengan
beban yang bekerja pada poros tersebut, sehingga poros dapat bekerja dengan
baik dan pemakaian bantalan tahan lama. Bantalan dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
1. Berdasarkan
gerak bantalan terhadap poros
a. Bantalan
luncur;
b. Bantalan
gelinding.
2. Berdasarkan
arah beban terhadap poros
a. Bantalan
radial;
b. Bantalan
aksial;
c. Bantalan
gelinding khusus.
Bantalan yang akan
digunakan untuk alat peniris ini adalah bantalan gelinding. Jenis bantalan dan
ukuran bantalan dapat diketahui dengan persamaan berikut:
Beban ekivalen dinamis
Beban ekivalen dinamis
adalah suatu beban yang besarnya sedemikian rupa hingga memberikan umur yang
sama dengan umur yang diberikan oleh beban dan kondisi putaran sebenarnya
(Nieman, 1992):
Pr = X . V . Fr + Y . Fa ……..………………............2.25
Keterangan:
Pr = Beban
ekivalen dinamis (kg)
Fr = Beban
radial (kg)
Fa = Beban aksial
(kg)
X = Faktor
beban radial
Y = Faktor
beban aksial
V = Faktor putaran
Faktor
kecepatan bantalan (Sularso, 1997):
…………………………………………2.26
Faktor umur
bantalan (Sularso, 1997):
fh =
fn
……………………….………………...…..2.27
Keterangan:
C = Beban normal spesifik (kg)
P = Beban ekivalen (kg)
fh = Faktor umur
Umur
nominal (Sularso, 1997):
Lh
= 500 fh1/3
………………………….....…..………..2.28
Keterangan:
fh = Faktor umur
Lh = Faktor nominal
2.8 Proses
Permesinan
2.8.1
Mesin
Bubut
Mesin bubut memiliki gerakutama berputar, berfungsi unuk membuat benda keja
dengan metode penyayatan, benda kerja berutar sesuai dengan sumbu mesin dan
pahat diposisikan pada eretan. Pekerjaan yang dapat dilakukan dengan
menggunakan mesin bubut antara lain:
1. membubut rata atau membubut tirus;
2.
membubut
muka atau facing;
3.
membubut
tirus dalam dan luar;
4.
membuat
ulir;
5.
eksentrik;
6. memotong.
Hal-hal yang
harus diketahui sebelum melakukan pembubutan adalah, bahan benda kerja sehingga
dapat menentukan kecepatan potong.
Tabel
3 nilai cutting speed dan feeding terhadap bahan benda kerja
bahan
|
Cutting speed
mm/menit
|
Feeding
mm/putaran
|
||
rough
|
finishing
|
rough
|
finishing
|
|
Machine steel
|
27
|
30
|
0,25-0,5
|
0,07-0,25
|
Tool steel
|
21
|
27
|
0,25-0,5
|
0,07-0,25
|
Cast iron
|
18
|
24
|
0,4-0,65
|
0,13-0,3
|
Bront
|
27
|
30
|
0,4-0,65
|
0,07-0,25
|
aluminium
|
61
|
93
|
0,4-0,75
|
0,13-0,25
|
Persamaan yang digunakan untuk menetukan parameter yang dibutuhkan antara
lain:
a.
Depth
of cut (a)
Depth of cut
adalah kedalam penyayatan pahat pada benda kerja
Keterangan:
a = depth of cut
f = feeding
b.
Kecepatan penyayatan Vf
Untuk mencari kecepatan
penyayatan digunakan persamaan
Keterangan :
Vf = kecepatan penyayatan
n =
putaran spindel
c.
Jumlah proses
Jumlah proses dalam pembubutan ada 2 macam
yaitu, pembubutan horizontal dan facing. Untuk mencari jumlah proses pembubutan
horizontal digunakan persamaan
Keterangan:
Ds = diameter awal
De = diameter yang dituju
d.
Waktu
permesinan
Waktu permesinan juga dibagi menjadi dua,yaitu waktu permesinan pembubutan
horisontal dan pembubutan facing, untuk pembubutan horisontal dapat dicari
dengan menggunakan persamaan berikut:
Keterangan :
L = panjang penyayatan
Untuk mencari waktu permesinan pembubutan facing adalah
Keterangan :
D = diameter benda kerja
e. Putaran mesin
Putaran mesin dapat ditentukan dengan persamaan
Dan putaran yang tersedia pada mesin bubut yang digunakan adalah :
46 rpm, 74 rpm, 115 rpm, 182 rpm, 262 rpm, 416 rpm, 650 rpm dan 1034 rpm.
BAB 3. METODELOGI PERANCANGAN
3.1
Gambar dan Mekanisme Alat
Berikut
ini adalah desain dari alat peniris madu
Gambar 3.
Alat peniris madu
Keterangan:
- Rangka;
- Motor;
- Tabung peniris;
- Tabung luar;
- Poros dan penyangga;
- Pulley;
- Bantalan;
8. Pulley
motor;
9. Sabuk V.
alat
peniris madu di rancang dan di buat dengan menggunakan penggerak motor listrik.
Cara kerja dari alat ini adalah, motor dihidupkan, setelah dihidupkan putaran
dan daya dari motor ditransmisikan oleh puli penggerak yang terdapat pada motor
ke puli yang digerakkan. Kemudian dari puli inilah putaran dari motor
diteruskan ke penyangga yang dihubungkan dengan sebuah poros yang didukung oleh
dua buah bantalan.
Sebelum motor dihidupkan, tabung peniris yang sudah
terisi sarang lebah terlebih dahulu dipasang pada penyangga. Kemudian diputar
dengan menggunakan kecepatan tinggi sehingga minyak yang terkandung dalam sarang
lebah dapat terpercik kedinding tabung statis. Lama proses pemutaran disesuaikan
dengan sarang lebah yang ditiriskan karena perbedaan jumlah madu yang dikandung. Setelah proses selesai,
tabung peniris dilepas dari penyangga dan madu siap untuk di kemas.
Data Alat
1.
Motor
listrik
2.
Pully
3.
V-Belt
4.
Poros
5.
Pasak
6.
Bearing
3.2 Alat
Peralatan yang
digunakn dalam perencanaan pembuatan mesin peniris madu
adalah sebagai berikut:
1.
Mistar
roll
2.
Jangka
sorong
3.
Mistar
siku
4.
Gergaji
besi
5.
palu
6.
penitik
7.
Mesin
bor
8.
Mesin
gerinda tangan
9.
Mesin
las listrik beserta kelengkapannya
10.
Kunci
pas dan ring
3.3 Bahan
1.
Pelat
siku 40mm X 40mm X 2mm
2.
Motor
listrik
3.
Pully
84mm dan 51mm
4.
V-belt
5.
Bantalan
6.
Pelat
neser
7.
Pelat
seng T=1mm
8.
Mur
dan baut M8
9.
Sprocket
104mm dan 81mm
10.
Rodagigi
3.4 Metode pelaksanaan
3.4.1 Pencarian Data
Dalam merencanakan
perancangan sebuah mesin peniris madu maka terlebih
dahulu dilakukan pengamatan dilapangan dan studi literatur.
3.4.2 Studi pustaka
Sebagai referensi dan
penunjang dalam pembuatan mesin peniris madu
antara lain:
1.
Konstruksi
rangka
2.
Proses
pengelasan
3.
Proses
pemesinan
4.
Kerja
bangku dan plat
3.4.3 Perencanaan
Setelah melakukan
pencarian data yang di dapat dari literatur studi lapang dan kepustakaan, maka
dapat direncanakan bahan-bahan yabg diperlukan dalam perancangan pembuatan
mesin peniris madu ini.
Dari studi lapang dan
kepustakaan tersebut di peroleh dapat di rancang perencanaannya. Dalam hal ini
proses yang akan di rancang adalah:
1.
Daya
motor
2.
Perancangan
pulley
3.
Perancangan
sabuk (V-belt)
4.
Perancangan
poros
5.
Perancangan
bantalan (bearing)
6.
Perancangan pasak
3.4.4 Pembuatan Laporan
Dalam pembuatan laporan tugas
perancangan elemen mesin ini dilakukan dengan melalui beberapa tahapan. Tahapan
tersebut antara lain analisa, perancangan, dan pembuatan mesin peniris madu sampai dengan selesai. Tahapan-tahapan yang telah siap tersebut
kemudian dilakukan penulisan laporan sampai dengan selesai.
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan
hasil perancangan dan pengujian alat peniris Madu yang telah dilakukan, maka
dapat disimpulkan:
1. Daya motor yang digunakan sebagai tenega penggerak alat peniris Madu ini
adalah 0,5 hp atau 0,37 kW untuk pengujian menggunakan sampel kg.
2. Diameter pulley penggerak 75 mm dan diameter pulley yang digerakan adalah 190 mm sehingga perbandingan putaran
yang diperoleh adah 2,5 : 1. Dan putaran silinder peniris adalah 550 rpm.
3. Bahan poros yang digunakan adalah S35C dengan kekuatan tarik (σB) = 52 kg/mm2. Diameter
poros yang digunakan 25 mm dan panjang poros 320 mm;
4. Pasak yang digunakan adalah pasak benam jenis prismatis, bahan yang
digunakan S30C, ukuran penampang pasak, panjang 30 mm, lebar 7 mm dan tinggi 7 mm.
5. Bantalan yang digunakan adalah
bantalan gelinding, baris tunggal alur dalam, dengan tipe 6005 ZZ, dengan spesifikasi, d = 25 mm,C= 790 kg, D = 47 mm, Co = 730 kg, B = 12 mm dan r = 1 mm
6. Kapasitas alat peniris madu sebesar ± 54 kg Sarang lebah/jam.
5.2
Saran
Dalam pelaksanaan
perancangan dan pembuatan alat
peniris minyak ini masih terdapat hal-hal yang perlu di
sempurnakan, antara lain:
1.
Mencari
sumber dan cara untuk mengatasi penyebab terjadinya getaran pada alat saat
dihidupkan.
2.
Sebaiknya menggunakan bantalan aksial,
agar mampu menehan beban aksial yang
terjadi.
3.
Dianjurkan untuk memodifikasi
bentuk rangka.
Caesars Palace Hotel and Casino | DrmCD
BalasHapusHarrah's Atlantic City Casino & 의정부 출장안마 Hotel is located in the Marina 사천 출장샵 District and is connected to the 광양 출장안마 convention center. 태백 출장안마 Harrah's 남원 출장안마 Resort Atlantic City Casino